ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Character Building |
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti mengungkapkan dua catatan penting terkait pendidikan Indonesia di tahun ini. Kedua hal ini adalah terkait kekerasan dalam pendidikan yang semakin masif dan mengerikan, serta berkurangnya sikap toleran dalam menerima keberagaman dan menurunnya nilai-nilai kebangsaan di sekolah.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang bertujuan untuk membangun sebuah karakter seseorang untuk menjadi lebih baik dan pendidikan ini penting bagi setiap orang, yang dimana karakter tersebut lah yang akan mendominasi sifat atau identitas dari orang tersebut. Pendidikan karakter pertama kali dicetuskan oleh pedagog jerman F.W.Foerster (1869-1966).
Dalam Bab II tentang Dasar, Fungsi, Tujuan, khususnya Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa:
”pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Pasal tersebut dengan sangat jelas menekankan pentingnya pendidikan watak atau karakter dalam pendidikan Indonesia.
Doni Koesoema, tokoh pendidikan yang juga menjabat sebagai Dewan Pengawas FSGI menuturkan nilai penting pendidikan karakter dalam sistem pendidikan Indonesia. “Pendidikan karakter harus menjadi poros dan roh dalam mengelola pendidikan nasional. Untuk itu, perlu komitmen dan konsistensi pemerintah melalui regulasi yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran di kelas, pengembangan budaya sekolah sebagai komunitas moral pembelajar, dan membangun kolaborasi dengan masyarakat secara fair dan adil dalam peningkatan kualitas pendidikan,” ujarnya.
Selain itu, menurutnya filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui empat dimensi pengolahan hidup, olah rasa, olah pikir, olah hati, dan olah raga, harus dikembalikan dalam setiap kinerja pendidikan.
Asrul Raman yang juga merupakan pengurus Serikat Guru Indonesia (SEGI) Bima mengkritik pendidikan karakter yang selama ini diterapkan di sekolah. Menurutnya, pendidikan karakter di sekolah selama ini diberikan tanggungjawab kepada guru BP/BK. Ini menjadi problem dasarnya sehingga yang terjadi hanya penindakan saja tanpa dibarengi pencegahan.
“Pendidikan Karakter semestinya melibatkan cognitive, feeling dan action. Ketiga aspek tersebut harus saling menyelimuti satu sama lainnya. Dan tentu harus ada yang mengawalnya, yaitu aktor yang terlibat. Intinya, Pendidikan karakter itu harus di kawal oleh banyak pihak, baik yang didalam sekolah maupun yang di luar sekolah,” terangnya.
Sementara, Hari Prasetyo (Pengurus SEGI Jakarta), menyatakan kendala dan tantangan dalam implementasi pendidikan karakter dan kebhinekaan di lembaga pendidikan swasta terletak di tiga pilar yaitu dari sekolah, rumah dan lingkungan. Terutama di dalam sekolah, kualitas dan karakter yang baik dari guru memerlukan pelatihan dan penguatan untuk dijadikan role model peserta didik. Tentunya juga dilakukan perbaikan dalam manajemen sekolah.
Dari rumah pun, orang tua juga mendukung program sekolah untuk menjadi role model yang baik untuk anak-anaknya. “Untuk itu perlu sinergi kerjasama dengan sekolah melalui kegiatan Parenting,” tegasnya.
Referensi:
- Edupost.id
- Sindonews
- guruppkn.com
0 Response to "Peran Pendidikan Karakter Dalam Membangun Siswa Indonesia"
Posting Komentar